Assalamu'alaikum! Ketemu lagi dengan Atika!
Oke kali ini aku menulis fanfic genre Romance.. Huaa maaf ya kalau ceritanya kurang dapat feel (Habisnya aku belum berpengalaman sendiri). Oke kita mulai saja!
Disclaimer :
Naruto jelas punya Masashi Kishimoto-sensei.
I Really Love You jelas punyaku.
Character : Uzumaki Naruto, Hyuuga Hinata, Uzumaki Mito, dll.
Genre : Romance dan Drama
Rate : T
Summary : Naruto yang miskin sekolah di SMA swasta internasional, membuatnya minder berteman dengan murid-murid kaya disana. Selain itu juga Naruto juga mendapat jatah bully. Tapi bagaimana kalau gadis kaya yang di bully sama sepertinya malah adalah jodohnya?
Warning : Banyak sekali karakter yang aku nistakan. Banyak OOC dan typo..
~Enjoy~
Seorang pria berusia 17 tahun itu mendesah pelan. Ia harus kembali ke sekolah, menimba ilmu disana.
Surai pirang, mata biru sapphire, kulit tan dan memakai kumis kucing sebagai tanda lahirnya. Dialah Uzumaki Naruto.
Ia seorang yang ceria? Iya, tapi itu dulu. Sekarang dia harus menahan perasaan cerianya itu karena begitu banyak orang yang membencinya.
Ia seorang yang tergolong menengah kebawah. Ia hanya tinggal berdua dengan neneknya, Uzumaki Mito. Orangtua Naruto meninggal karena kecelakaan. Rumah mereka juga jauh dari kata baik. Mereka tinggal di pinggiran Konoha yang menyedihkan. Tapi Naruto malah bersekolah di SMA swasta internasional, Red Rosa International High School, SMA swasta paling bergengsi di Konoha. Bayangkan seorang berpenghasilan menengah kebawah sekolah di SMA swasta, internasional pula.Pastinya butuh banyak modal untuk menempuh pendidikan disana. Tapi Naruto mendapat beasiswa oleh seseorang dari klan yag terkenal di Konoha. Entah apa alasannya, padahal Naruto tidak termasuk dalam golongan pintar. Kalau masalah hati, hati Naruto juga gak mulia-mulia amat. Di SD dan SMP dulu Naruto mendapat ranking satu sebagai murid paling nakal.
Tapi sekarang dia berubah jadi pendiam. Di Red Rosa International High School tidak ada yang mau bicara dengannya. Semuanya berasal dari klan terkaya di Konoha, terutama klan Uchiha, Hyuuga, Haruno dan Yamanaka. Sementara Uzumaki? Mungkin klan paling miskin.
Bicara tentang klan Haruno, Naruto pernah jatuh cinta pada seseorang dari klan Haruno. Haruno Sakura namanya. Sakura sendiri menyandang predikat Princess of Red Rosa, sejenis predikat Putri Sekolah. Naruto berusaha mendekati Sakura, tapi hasilnya ia malah mendapat bully dari Prince of Red Rosa, Uchiha Sasuke. Dan sekarang mereka menjadi sepasang kekasih. Cocoklah pangeran dengan putri, pikir Naruto.
Akhirnya dia sampai. Bangunan sekolah ini benar-benar tidak tampak seperti bangunan sekolah. Habisnya bangunan sekolah ini benar-benar megah, melebihi gedung pemimpin Konoha sendiri. Setiap ke sekolahnya Naruto kerjanya hanya menyendiri dan berusaha keras mengikuti pelajaran. Siapapun yang memberikan beasiswa pada Naruto pasti kecewa bila Naruto tidak mengikuti pelajaran dengan baik.
Tatapan sinis yang begitu menusuk, membuat Naruto seperti tertusuk ribuan katana. Kalau boleh berharap, Naruto ingin masuk sekolah biasa saja. Tapi neneknya bersikeras kalau Naruto harus mendapat pendidikan sebaik-baiknya. Karena itu Naruto harus bersabar sampai hari itu datang. Hari kelulusan, yang akan datang setahun lagi.
Naruto pun memasuki kelasnya, kelas 11-3. Naruto duduk di depan, tanpa siapapun yang duduk disebelahnya. Tampak jelas Sakura, Ino dan Shion sedang membicarakannya, terutama Sakura yang kelihatanya dendam sekali pada Naruto yang telah menyatakan perasaannya setengah tahun yang lalu. Aneh kan? Yang ditolak kan Naruto, tapi kenapa Sakura yang dendam. Ah sudahlah itu sudah berlalu. Sekarang tugas Naruto yang terberat adalah mengubur perasaannya pada Princess of Red Rosa itu.
Akhirnya Menuett karya J. S. Bach mengalun, tanda pelajaran pertama akan segera dimulai. Kurenai-sensei pun memasuki kelas Naruto. Ia adalah guru seni.
"Saya akan memberikan tugas berkelompok.."
'Firasat buruk' batin Naruto.
"Tugasnya adalah membuat boneka dari barang bekas.."
'Pasti ada yang mengatakan itu..' Naruto kembali membatin.
"Barang bekas?" Inuzuka Kiba mulai berkomentar. "Naruto! Ditempatmu banyak, kan?"
Derai tawa pn mewarnai isi kelas. Yang tertawa paling puas tentu saja Sakura. Tapi ada satu orang yang tidak ikut tertawa, tapi malah melirik Naruto dengan prihatin. Orang itu duduk diseberangnya. Dia duduk sendiri sama seperti Naruto. Dialah Hyuuga Hinata.
"Sudah hentikan!" seru Kurenai-sensei. "Sekarang crilah teman kelompok kalian. Maksimal lima orang!"
Semua murid kelas 11-3 pun berpencar mencari yang mau sekelompok dengannya, kecuali Naruto. Pasti tidak ada yang mau sekelompok denganku, pikirnya.
Ternyata, dia salah.
Gadis penndiam yang selama ini memperhatikannya kini berdiri didepannya dengan gugup. Siapa lagi kalau bukan Hinata.
"A.. Ada apa-ttebayo?" Tanya Naruto gugup.
"Ma.. Maaf, apa boleh aku sekelompok denganmu?"
Pertanyaan itu bersuara kecil, tapi terdengar hingga penjuru kelas. Tapi Kiba menanggapi ini sebagai lelucon.
"Ah Hinata-san. Bilang saja kalau kau mau sekelompok dengan Naruto agar mudah mencari sampah sebagai bahan boneka, iya kan?"
Tawa kembali bergerumuh. Ingin sekali Naruto menghajar semua yang mentertawakanya, tapi itu tidak mungkin. Naruto bisa langsung dihukum gantung berhubung semua orang dikelas ini dari keluarga konglomerat.
"Sudah semuanya tenang!" seru Kurenai-sensei. Sementara itu Hinata duduk disebelah Naruto.
"Kau serius ingin sekelompok denganku-ttebayo?" tanya Naruto.
"Y.. Ya aku serius." jawab Hinata dengan wajah merah. "A.. Aku ingin lebih dekat dengan Naruto-san.."
Tanpa sadar wajah Naruto ikutan merah. Astaga, terakhir dia merasa seperti ini sekitar setengah tahun lalu, saat ia mencintai Sakura. Apa dia..
"Ng.. Naruto-san?"
"Ada apa Hyuuga-san?" sahut Naruto.
"Ja.. Jangan panggil aku seperti itu. Panggil namaku saja.."
"Hi.. Hinata-chan.. Ada apa-ttebayo?" tanya Narutp.
"Nanti kita .. Mencari bahan dan mengerjakanya dirumah Naruto-san saja, ya? Adikku sedang persiapan menghadapi ujian.. Aku.. Aku tidak mau adikku terganggu.. " Pinta Hinata. Naruto tiba-tiba terpesona dengan Hinata. Ah, kok jantung Naruto seperti akan lompat dari rongga dada, ya?"
"Baiklah-ttebayo.."
~Pulang Sekolah~
Menuett kembali mengalun. Kakuzu-sensei, si guru matematika langsung pergi meninggalkan murid-muridnya. Dasar gak tahu adat bukannya salam dulu, batin murid-murid kelas 11-3.
"Ayo Hinata-chan.." Ajak Naruto. Dia ingin cepat-cepat pulang.
"I.. Iya Naruto-san.." Sahut Hinata. Mereka berdua keluar kelas dan mereka berjalan berdampingan. Lalu Naruto sadar satu hal.
Semua orang juga menatap Hinata dengan penuh kebencian.
~Di Rumah Naruto~
Dan Uzumaki Mito langsung jerit heboh saat melihat Hinata.
"Wah cantik sekali! Naruto, ini pacarmu, ya?" tanya Nenek Naruto, yang membuat yang ditanya langsung memasang semburat merah di wajah masing-masing.
"Bu..Bukan-dattebayo!" kilah Naruto.
"Saya Uzumaki Mito, neneknya Naruto.. Kamu siapa?"
"Sa.. Saya Hyuuga Hinata.." jawab Hinata.
"Oh Hinata-chan.." Nenek Naruto sepertinya tidak mempermasalahkan klan Hinata. "Nenek siapkan makan siang dulu, ya.."
"A.. Apa boleh aku membantu bibi?" tanya Hinata yang membuat Naruto kaget.Setahunya seluruh siswi di Red Rosa tidak bisa memasak, terbukti saat praktek PKK sena masakan terlihat hancur. Tapi gadis satu ini? Hem, sepertinya Hinata seorang yang un mainstream.
"Boleh saja.. Sekalian mengetes apa kau cocok jadi istri Naruto.."
"Nenek!" jerit Naruto. Sementara itu Hinata blushing parah.
~Kemudian~
Mereka pun makan siang dengan nasi dan sup miso.
"Wah masakan nenek enak sekali-ttebayo!" seru Naruto.
"Yang buat bukan nenek, tapi Hinata-chan.." jelas Nenek Naruto yang membuat Naruto tersedak.
"Uhuk.. Uhuk..!"
"N.. Naruto-san tidak apa-apa?" tanya Hinata panik. Ia langsung menyodorkan segelas air putih pada Naruto yang langsung diminum Naruto. Dan selamatlah Naruto.
"Apa masakanku sebegitu buruknya?" tanya Hinata takut-takut.
"Tidak kok.. Aku hanya kaget karena ternyata tidak semua murid Red Rosa tidak bisa memasak. " Naruto tersenyum kearah Hinata. "Masakanmu enak sekali-dattebayo!"
"Te.. Terima kasih.."
~Skip Time~
Naruto dan Hinata pun mulai mencari sampah yang berserakan disekitar rumah Naruto. Kali ini Hinata mengikat satu rambutnya.
"Hinata-chan, apa tidak masalah kau mencari disini?" tanya Naruto.
"Tidak masalah.. Aku diajari supaya mandiri.." jawab Hinata yang masih sibuk mencari bahan.
"Kenapa kau.. Mau sekelompok denganku-ttebayo?" tanya Naruto. Kali ini Hinata terdiam.
"Soalnya.." Hinata tersenyum. "Aku tidak punya teman.."
Naruto kaget sekali. Bukannya Hinata punya banyak teman? Ia sering kok melihat Hinata dekat dengan Sakura, Ino dan Shion. Lagipula Hinata berasal dari salah satu klan terkaya di Konoha. Bagaimana bisa dia tidak punya teman?
"Yang kau lihat selama ini.. Mereka semua memanfaatkanku. Secara akademis Sakura-chan, Ino-chan dan Shion-chan tidak begitu pintar. Mereka datag ke mejaku untuk minta pr-ku atau aku akan.." Hinata terdiam sejenak. "..Dibunuh."
"A.. Apa?!" Ternyata gossip mengenai sisiwi Red Rosa Interational High School yang sadis baru saja ia dengar kebenarannya. "Kau tidak mengadukan hal ini pada keluargamu-ttebayo?"
Hinata menggeleng."Aku tidak mau menyusahkan Ayah dan juga Kak Neji.. Aku juga tidak mau membuat Hanabi panik."
"Ibumu?"
"Sudah meninggal.."
"Bagaimana kalau begini.. Kau sesekali tolaklah permintaan mereka-ttebayo.." kata Naruto yang mengagetkan Hinata.
"Ba.. Bagaimana kalau mereka serius membunuhku?" tanya Hinata.
"Saat itu terjadi aku kan melindungimu-ttebayo!" jawab Naruto antusias. Hinata terkesima mendengarnya.
"Te.. Terima kasih.."
"A.. Ayo kita cari bahan-bahannya-ttebayo!" seru Naruto agak gugup. Sementara Hinata hanya tertawa kecil. Lalu Hinata menemukan sesuatu.
"Wah sepasang kaus kaki!" seru Hinata. Kaus kaki putih itu memang agak dekil, tapi warna putihnya masih mendominasi. "N.. Naruto-san! Bagaimana kalau kita membuat boneka dari kaus kaki?"
"Itu ide bagus-dattebayo!" sahut Naruto seraya mendekati Hinata. Kemudian mereka juga menemukan jarum jahit, dakron bekas, kancing bekas berwarna biru sapphire dan lavender, gunting dan benang berwarna indigo dan kuning cerah.
"Bagaimana kalau kita buat dua?" saran Naruto. "Satu sepertiku dan satu sepertimu. Aku jamin Kurenai-sensei akan senang melihat karya kita-ttebayo!"
"I.. Iya itu ide yag bagus.." komentar Hinata.
"Kau bisa menjahit, Hinata?" tanya Naruto. Kalau tidak bisa dia akan minta bantuan neneknya.
"A.. Aku bisa kok.." jawab Hinata. Tanpa mereka sadari ternyata hari sudah menjelang malam. "Ah sudah hampir malam.. Aku harus segera pulang.."
"Biarkan aku mengantarmu-ttebayo.."
"Y.. Ya baiklah.."
~Di Depan Rumah Hinata~
Bagai bumi dan langit. Bagai gubuk Naruto dan istana Hinata.
Meski agak minder dengan penampakan depan rumah Hinata, Naruto tetap mengikuti Hinata sampai depan pintu rumahnya.
"Te.. Terima kasih.." kata Hinata. Belum sempat Hinata membuka pintu, ayah Hinata, Hyuuga Hiashi membuka pintu.
"Kau..." Ayah Hinata tampak kaget melihat Naruto. "Kau Uzumaki Naruto kan?"
""I.. Iya.." sahut Naruto. Apa Naruto seterkenal itu sampai dikenal oleh seorang pemimpin klan Hyuuga?
"Silahkan masuk dulu.." tawar Ayah Hinata, membuat Naruto tambah canggung. Akhirnya mereka bertiga duduk di sofa ruang tamu.Tiba-tiba seorang gadis berambut cokelat serta bermata lavender ikut nimbrung.
"Kak Naruto ingat padaku tidak?" tanya gadis itu.
"Hanabi-chan kenal Naruto-san?" Hinata balik tanya. Sementara Naruto berusaha mengingat Hanabi.
"Oh!" seru Naruto. "Kau Hanabi yang waktu itu-ttebayo?"
Karena Naruto tahu Hinata sedang bingung, Naruto pun menceritakan pertemuannya dengan Hanabi.
"Jadi begini Hinata-chan.."
~Flashback~
Jam 4 sore. Naruto baru pulang dari sekolahnya, SMA Konoha. Tiba-tiba..
"Tolong!!!"
Suara jeritan anak perempuan. Naruto berusaha mencari sumber suara. Ternyata itu berasal dari sebuah gang sepi. Naruto melihat seorang anak perempuan yang akan diculik 3 orang.
"Heh mau apa kalian?!" teriak Naruto.
Kemudian perkelahian pun tak terelakan. Sementara anak perempuan itu masih ketakutan. Akhirnya Naruto memenangkan pertarungan itu, dan mendekati anak perempuan itu.
"Namamu siapa-ttebayo?" tanya Naruto.
"Hyuuga Hanabi.." jawab anak itu yang ternyata Hanabi. "Nama kakak?"
"Aku Uzumaki Naruto!" jawab Naruto semangat. "Kudengar Hyuuga Hanabi sekolah di Red Rosa International Elementary School.. Apa itu benar-ttebayo?"
"Iya.. Kakak dari SMA Konoha, ya?" Hanabi bisa langsung menebaknya saat melihat seragam Naruto.
"Yah begitulah-ttebayo.." jawab Naruto. "Rasanya aku ingin sekali sekolah di Red Rosa International High School, tapi aku terkendala biaya.."
~Flashback Off~
"Tunggu dulu.." Naruto menghentikan ceritanya. "Jangan-jangan kamu.."
"Yah.." potong Hanabi. "Aku yang bilang pada Ayahku agar Kak Naruto bisa mendapat beasiswa di sana!"
Naruto tidak tahu harus bilang apa. Tapi yang pasti dia harus mengatakan, "Terima kasih.."
Sementara itu Hinata cemberut. "Kenapa tidak ada yang memberitahuku soal itu?"
"Entahlah.. Mungkin sebagai kejutan.. " kata Hanabi cuek.
"Lalu kenapa kau bisa bersama anakku?" tanya Ayah Hinata yang mulai terlihat menyeramkan.
"Kami.. Kami mengerjakan tugas kelompok.." jelas Hinata. "Di rumah Naruto-san.."
Sesaat Ayah Hinata dan Hanabi saling pandang, kemudian tersenyum.
"Yah yah kami percaya.." kata Ayah Hinata seraya mengangguk.
"A.. Aku pulang dulu ya Hinata-chan.." pamit Naruto.
"I.. Iya.."
~Keesokan harinya~
"Hinata-chan, bahan-bahan boneka kan ada dirumahku.. Kapan kita mengerjakannya-ttebayo?" tanya Naruto.
"B.. Besok saja Naruto-san.."
"Kenapa kau tidak memanggilku Naruto? Ayolah aku ini temanmu-ttebayo.." potong Naruto.
"I.. Iya Naruto-kun.." kata Hinata dengan gugup seperti biasa. "Besok saja mengerjakannya. A.. Aku ada pertemuan klan.."
"Oh baiklah.." kata Naruto seraya tersenyum, membuat wajah Hinata semakin memerah.
Kemudian Menuett kembali mengalun. Semua langsung ke meja masing-masing. Pasalnya sekarang adalah pelajaran fisika bersama guru paling aneh diseluruh Red Rosa International High School. Seorang guru memakai topeng aneh berwarna orange dan berpola bagai lolipop. Untungnya sampai sekarang guru itu tidak pernah dijilat murid-murid karena topengnya itu. Sebenarnya yang paling menganehkan dari guru ini adalah sifatnya.
"Nah muid-murid kelas 11-3 yang kucintai, selamat pagi!!!" jerit guru itu dengan lebaynya.
'Dasar Tobi-sensei aneh..'
~Skip Time Jam Istirahat~
Akhirnya pelajaran gila (Eh maksudnya pelajaran fisika) selesai juga, karena Menuett kembali mengalun, menyelamatkan setiap insan kelas 11-3 dari gegar otak karena cari mengajar Tobi-sensei.
"Sayang sekali kita harus berpisah sekarang. Saya tahu ini berat bagi kalian tapi saya yakin kita semua pasti bertemu lagi.." ujar Tobi-sensei terisak tanpa kelihatan ekspresinya karena topeng yang dipakainya. "Jangan lupa kerjakan pr kalian, halaman 538-540! Sampai jumpa!!" seru Tobi-sensei seraya kabur dengan gaya kelinci (lompat-lompat maksudnya). Sementara itu Naruto menghampiri Hinata.
"Kita ke atap yuk-ttebayo.." ajak Naruto.
"I.. Iya" sahut Hinata seraya membawa kotak bento-nya.
~Kemudian di atap sekolah~
"Hah aku benar-benar stress belajar dengan Tobi-sensei. Sudah gurunya rada-rada, pelajarannya susah, pr-nya banyak lagi.." keluh Naruto
"B.. Bagaimana kalau besok aku membantu Naruto-kun membuat pr saat tugas boneka?" tawar Hinata malu-malu.
"Wah aku mau sekali! Siapa yang tidak mau diajari oleh rangking satu se-Red Rosa!" seru Naruto.
"Hihi terima kasih.." kata Hinata. Ia pun membuka kotak bentonya dan terlihatlah isinya. Nasi, ayam teriyaki, gyoza dan sashimi salmon. Hinata pun memakannya. Tiba-tiba Naruto mengelus ujung bibir Hinata. "N.. Naruto-kun?"
"Ada nasi.." jelas Narut seraya tersenyum. Sementara wajah Hinata bagai kepiting yang direbus ribuan kali. Sirah bana, kata orang minang. "Nah sekarang sudah tidak ada!"
"N-Naruto-kun?"
"Ya-dattebayo?"
"Nasinya kan sudah tidak ada, ta.. tapi kenapa tangan Naruto-kun masih ada dipipiku?"
Naruto bengong sesaat sebelum menaruh tangannya dilantai. "Maaf ya Hinata-chan.."kata Naruto yang nyengir kuda.
"Tidak.. Tidak apa-apa kok!" kata Hinata yang menggeleng kepalanya kuat-kuat.
Lagu Menuett kembali mengingatkan murid-murid kalau jam istirahat sudah berakhir.
"Ayo kita turun-ttebayo!" ajak Naruto yang disambut anggukan kecil dari Hinata, membuat Naruto terkikik geli.
~Keesokan Harinya Di Rumah Naruto~
"Maaf ya Hinata-chan aku tidak bisa membantumu.." sesal Naruto. "Selain aku tidak bisa membuat boneka aku juga harus segera menyelesaikan pr fisika ini-ttebayo.."
"Tidak apa Naruto-kun.." kata Hinata seraya menempelkan kancing di boneka buatannya. "Nah sudah jadi!"
Dua boneka itu benar-benar mirip Hinata dan Naruto, membuat Naruto terkesima. "Keren sekali-ttebayo!"
"Te.. Terima kasih.." kata Hinata. "Bibi Mito mana?"
"Sedang mencari sampah.."
"Untuk apa?"
"Cari uang-ttebayo"
Hinata kaget.
"Sebenarnya sih aku ingin kerja tapi dilarang nenek karena katanya aku harus sekolah." cerita Naruto. "Ah Hinata-chan! Kalau yang ini caranya bagaimana?"
Hinata mendekati Naruto. "Jangan merasa bersalah Naruto-kun.. Bibi Mito benar. Kau memang harus fokus sekolah. Setelah itu kau bisa fokus membantu Bibi Mito.." kata Hinata lembut. Sepertinya Naruto memang tidak bisa berbohong didepan Hinata. "Kalau yang ini caraya seperti ini.."
"Oh begitu.."
~Seminggu Kemudian~
Hari ini Hinata tampak bersemangat, namun tiba-tiba ia diseret oleh Sakura, Ino dan Shion.
"A.. Ada apa?" tanya Hinata.
'Plak!'
Sebuah tamparan dari Shion.
"Kenapa kau tidak mau sekelompok dengan kami di pelajaran seni?! Kami sama sekali tidak mau menyentuh sampah dan orangtua kami tidak mau membantu kami!" Seru Shion.
'Plakk!'
Satu tamparan yang lebih keras dari Sakura.
"Kau tahu kan apa hukuman bila murid yang tidak mengerjakan tugasnya?! Akan disuruh membuat tugasnya 3 kali lipat dari yang seharusnya!" seru Sakura.
'Tekk!'
Kemudian Ino menjambak rambut Hinata hingga berbunyi keras.
"Kami ingin kau membuat 3 boneka setelah kami diceramahi si menor!" bentak Ino.
Hinata awalnya ingin mengiyakan. tapi kali ini ia ingat kata-kata Naruto. Ia pun berkata, "Aku tidak mau!"
Oke aura membunuh trio ini keluar, membuat Hinata merinding. Akhirnya mereka pun menyeret Hinata ke..
Gudang.
Shion membuka pintu dengan kasar, sementara Sakura melempar tubuh mungil Hinata hingga ia terhempas kelantai. Mereka pun mengikat tangan dan kaki Hinata.
"Ah aku gak bawa lakban!" gerutu Ino. "Jangan coba-coba teriak, paham?!"
Hinata hanya bisa mengangguk, sementara trio itu tersenyum puas.
'Blamm!'
"Cklek!'
Great, batin Hinata. Ia bukannya menyalahkan kata-kata Naruto, tapi karena ia sudah tahu kalau begini akhirnya.Tiba-tiba ia merasakan getaran bumi yang hebat.
'I.. Ini gempa!' batin Hinata. "Tolong!!!"
Tiba-tiba..
"Hinata-chan!"
"Hinata-sama!"
Hinata kenal dua suara itu. "Naruto-kun, Kak Neji! Aku ada disini!!"
'Brakkk!'
Tanpa basa-basi Naruto dan Neji langsung membuka ikatan Hinata yang tidak terlalu kencang.
"Ayo!"
~Kemudian Di Taman Sekolah~
"Siapa yang melakukan hal semacam ini, Hinata-sama?" tanya Neji dengan panik. Bayangkan saja kalau Naruto dan Neji tidak menemukan Hinata. Gempa tadi SR-nya cukup tinggi. Entah jadi apa Hinata.
"Se.. Sebenarnya.. Aku.. Diperintahkan mengerjakan tugas temanku. Ka.. Karena aku tidak mau mengerjakannya jadi aku dikurung disana.."
"Siapa pelakunya?" tanya Neji. Hinata menggeleng pelan. "Aku belum bisa menceritakannya"
"Oh iya Kak Neji.. Aku ingin bicara dengan Hinata saja, boleh?" pinta Naruto. Neji mengangguk dan meninggalkan mereka berdua. Tiba-tiba Naruto menangis. Menangis saudara-saudara! (oke aku lebay).
"N.. Naruto-kun kenapa?" tanya Hinata seraya mengusap air mata Naruto. Naruto pun menangkap tangan Hinata, menarik gadis itu hingga kepelukannya.
"N.. Naruto-kun?"
"Maaf aku terlambat datang. Kalau aku terlambat datang aku pasti bisa menyelamatkanmu lebih awal.." sesal Naruto. Akhirnya Hinata membalas pelukan Naruto.
"Tidak apa-apa Naruto-kun.." kata Hinata seraya mengelus punggung Naruto, berusaha menenangkannya.
"Terima kasih-ttebayo.." kata Naruto. Kemudian mereka melepas pelukan mereka. Oh oke waja h Hinata sudah seperti cabai merah yang baru matang.
"Oh iya karena kau sahabatku.. Apa kau mau tahu rahasiaku-ttebayo?"
"Rahasia apa?"
Naruto pun mendekati Hinata dan berbisik. "I really love you."
1...
2...
3...
"A.. Apa?!" jerit Hinata. Sekarang wajah Hinata.. Entahlah aku bingung mau mendeskripsikannya seperti apa lagi. Yang jelas sangat merah.
"Aku benar-benar mencintaimu." Oke Naruto kau terlalu merendahkan Hinata. Hinata mengerti apa maksudmu, tapi dia kaget.
"I.. I really love you too.." kata Hinata pelan.
"Diberitahukan kepada seluruh murid untuk segera meninggalkan kawasan sekolah. Hari ini sekolah diliburkan!" seru Anko-sensei lewat speaker.
"Hinata-hime mau pulang bersamaku?"
"I.. Iya.."
~The End(?)~
Akhirnya selesai juga.. Oke aku tahu endingnya aneh. Maaf ya..
Aku membuat fanfic ini karena aku adalah korban bully. Karena Naruto dan Hinata nasibnya sama sepertiku akhirnya aku membuat fanfic ini. Oh iya aku ingin bilang "Stop Bullying!" ;)
Oke sekian,
Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar